MAKASSAR - Visitasi (kunjungan) Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menparekraf/Kepala Baparekraf RI), Sandiaga Salahuddin Uno ke Kabupaten Bantaeng dijadwalkan terlaksana pada Rabu besok, 7 September 2022. Dia yang karib disapa Mas Menteri, bakal menyambangi Kecamatan Tompobulu.
Lalu mengeksplor Desa Wisata Campaga. Merupakan satu dari empat desa wisata di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) yang masuk babakan 50 Besar ADWI 2022 (Anugerah Desa Wisata Indonesia) 2022. Tiga lainnya yakni Desa Wisata Barania di Kabupaten Sinjai, Desa Wisata Kambo di Kota Palopo, dan Desa Wisata Matano Iniaku di Kabupaten Luwu Timur.
Adapun Desa Wisata Barania bakal divisitasi sehari setelahnya, Kamis, 8 September 2022. Jadwal yang masih prediksi ini merujuk pada kehadiran Tim Juri ADWI 2022 yang sudah ada di lokasi tujuan visitasi desa wisata.
Sementara dua desa wisata lagi di Sulsel itu, belum terjadwal. Diketahui hingga saat ini Mas Menteri sudah mengunjungi 33 dari 50 Desa Wisata yang lolos ke babakan akhir ADWI 2022 untuk penilaian berkas.
Pertama, mengunjungi Desa Wisata Keris Aeng Tongtong di Pulau Madura, Desa Aeng Tong-tong, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur pada 24 Mei 2022. Paling terbaru, tepatnya 31 Agustus 2022, visitasi Sandi Uno, sapaan lainnya dari Mas Menteri, dilangsungkan di Desa Wisata Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
*Napak Tilas ADWI 2021*
Kilas balik ADWI 2021, malam puncak ADWI dihelat pada 7 Desember 2021 di Jakarta. Tahun ini diperkirakan akan dilaksanakan bertepatan dengan Hari Pariwisata Sedunia (World Tourism Day) yang diperingati tiap tanggal 27 September.
Itu berarti tersisa 17 desa wisata belum di-visitasi. Rencana kunjungan ke dua desa wisata di Sulsel pekan ini di wilayah Bantaeng dan Sinjai, mengerucutkan sisa desa wisata yang akan dikunjungi lagi menjadi 15 desa wisata.
Baca juga:
Melbourne, Festival of Youth and The Art
|
Menjadi komitmen Sandi Uno sejak ADWI diluncurkan, bahwa semua desa wisata yang lolos ke 50 besar akan dikunjunginya. Kembali pada visitasi ADWI 2021 di Desa Wisata Kole Sawangan Kabupaten Tana Toraja, Desa Wisata Lembang Nonongan Kabupaten Toraja Utara, dan Desa Wisata Ara Kabupaten Bulukumba.
"Anugerah Desa Wisata, semangat kebangkitan pariwisata Indonesia menyebarkan kreatifitas unggulan yang dimiliki desa wisata. Tahun ini, Kemenparekraf mempersembahkan Anugerah Desa Wisata (ADWI 2022) dengan tema "Indonesia Bangkit", " tulis Sandi Uno melalui website resmi ADWI.
Lagi-lagi mengutip narasi dari Jejaring Desa Wisata (Jadesta), ADWI memberikan apresiasi kepada masyarakat penggerak sektor pariwisata dalam upaya percepatan pembangunan desa, mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa. Mendukung Pemerintah Daerah berkomitmen Mengembangkan desa wisata guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, serta memajukan kebudayaan.
ADWI menjadi momentum semangat baru masyarakat untuk terus Berprestasi, Opsi Mempromosikan Potensi, serta menumbuhkan Harmonisasi Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Masyarakat desa, dan Penggiat Pariwisata.
Sandi Uno kala visitasi ADWI 2021, menandatangani prasasti yang menandai peresmian desa wisata itu. Berikut menyerahkan plakat dan piagam penghargaan sesuai kategori yang diraih desa wisata.
Ada tujuh kategori yang diperlombakan, meski pada dasarnya ADWI bukanlah kompetisi, namun lebih sebagai ajang memunculkan serta pengembangan desa wisata. Pertama adalah penilaian terhadap Daya Tarik Pengunjung, lalu Homestay, Digital dan Kreatif, Suvenir, Toilet Umum, CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability), dan terakhir terkait Kelembagaan Desa.
*Dukungan Pemprov Sulsel Terhadap Desa Wisata*
Mendorong maju dan berkembangnya desa wisata di Sulsel, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel melakukan berbagai gebrakan. Bahkan melahirkan inovasi yang diyakini belum ada di daerah lainnya di Indonesia.
KKN Tematik Desa Wisata, program strategis Pemprov Sulsel yang direalisasikan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulsel (Disbudpar Sulsel). Program yang disingkat KKNTDW ini digagas langsung sang Kepala Dinas, Muhammad Jufri di awal masa jabatannya sekira September 2021.
Dikomandoi Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata (BPSDP) sebagai leading sector. Bersama segenap jajarannya, Bruno S Rantetana yang menjadi Kepala Bidang, seakan memberondong Kabupaten dan Kota dengan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Sulsel.
Lelaki yang karib disapa BSR itu membawahi 3 Sub Koordinator yang sigap mendukung, membantunya merealisasikan program pengembangan desa wisata di 24 Kabupaten/Kota di Sulsel. Adalah M Ibrahim Halim selaku Sub Koordinator Seksi Pemberdayaan Masyarakat, Kirana Halim selaku Sub Koordinator Seksi Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia Pariwisata, dan Erni Mappiare yang menjabat sebagai Sub Koordinator Seksi Kerjasama.
Melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) dengan misi memberikan penguatan kepariwisataan, kebudayaan, dan ekonomi kreatif kepada pengelola serta masyarakat yang ada di sekitar desa wisata. Hingga kini tercatat 72 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) telah mengikat diri dengan Disbudpar Sulsel dengan adanya MoU (Memorandum of Ourstanding) hingga MoA (Memorandum of Agreement).
Ditambah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang mencapai puluhan, khususnya yang kampusnya terpusat di Kota Makassar. Misi yang ditargetkan terpola, terarah, dan terukur itu, oleh Kepala Disbudpar Sulsel diharapkan menjadi motor sekaligus motivator untuk menjadikan desa wisata berkelanjutan.
Belum lagi, desa wisata yang diprediksi bisa lahir lebih banyak dari yang sudah ada. Tak hanya di wilayah desa, karena desa wisata tidak mengenal wilayah administratif.
Lahir dan berkembangnya bisa pula di wilayah Kelurahan, seperti halnya Desa Wisata Campaga yang ada di Kelurahan Campaga, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, dan juga Desa Wisata Kambo di Kelurahan Kambo, Kecamatan Mungkajang, Kota Palopo. Meski begitu, dalam prakteknya, Kemenparekraf/Baparekraf RI cenderung menempatkannya sebagai Kampung Wisata karena keberadaannya di wilayah kelurahan.
Implementasi KKNTDW belum menuai hasil, bukan berarti program ini gagal. Titik fokusnya pada peningkatan kualitas dan penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).
"Contohnya begini, mahasiswa dari jurusan ekonomi, KKN nanti di desa wisata, adik-adik kita ini, bantulah pengelola desa wisata dan juga pelaku UMKM. Buatkan aplikasi keuangan, aplikasi pembayaran, ajari mereka metode akuntansi, strategi untuk mengatur keuangan. Jurusan lainnya, misalnya dari informatika, mungkin teman-teman di desa wisata yang menjadi Lokus (Lokasi Fokus), diajari membuat aplikasi promosi pariwisata, " beber Jufri yang menyandang gelar Professor, Selasa, 6 September 2022.
Selain KKNTDW, BPSDP juga gencar melakukan pelatihan, bimtek (bimbingan teknis), serta pendampingan. Ini cenderung lebih cepat menuai hasil.
Sebut saja, Kabupaten Luwu Timur yang kini memiliki 61 desa wisata. Tahun lalu hanya berhasil mendaftarkan 1 desa wisata ke dalam aplikasi Jadesta milik Kemenparekraf/Baparekraf RI.
Kunjungan Mas Menteri kali ini sekaligus membuka ruang bagi desa wisata-desa wisata lainnya untuk semakin berbenah. Disamping itu, baik Sandi Uno maupun Tim Juri ADWI, dikatakan oleh Jufri akan lebih banyak memberi masukan, saran, serta kritik membangun ketimbang sekedar menilai untuk hasil akhir ke panggung juara ADWI 2022. (***)